BAB 1 DAKWAH MENYERU MANUSIA KEPADA ALLAH DAN RASUL
Bagaimana kecintaan Rasulullah saw dan para shahabatnya terhadap da’wah ( mengajak ) orang kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Mereka mencintai da’wah ini lebih dari segala-galanya. Mereka sangat menginginkan agar semua orang mendapatkan hidayah dan masuk ke dalam Islam, sehingga mereka dapat berenang di dalam rahmat Allah swt. Juga, bagaimana usaha mereka ( Nabi saw dan para shahabat ) dalam berdakwah untuk mendekatkan makhluq kepada Khaliqnya.
KECINTAAN DAN KEGAIRAHAN NABI SAW TERHADAP DA’WAH
Kecintaan Nabi saw agar Seluruh Manusia Beriman
Dari Ibnu Abbas r.huma, bahwasanya dia menerangkan tentang firman Allah swt:
“ Sebagian dari mereka ada yang celaka dan sebagian lainnya ada yang selamat.” ( QS Hud [ 11 ] : 105 )
Ibnu Abbas r.huma berkata,” Sesungguhnya Rasulullah saw sangat ingin supaya semua orang beriman kepada Allah swt dan berbaiat atas hidayah ( petunjuk Rasulullah saw ). Melihat keinginan Rasulullah saw ini, maka Allah swt memberitahukan kepada beliau bahwa orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan (beriman ) hanyalah orang-orang yang telah tertulis di dalam Lauhil Mahfudz, begitu pula orang-orang yang akan tersesat hanyalah orang-orang yang tertulis di Lauhil Mahfudz. Kemudian Allah swt berfirman kepada Rasulullah saw:
“ Boleh jadi kamu ( Muhammad ) akan membinasakan dirimu karena mereka tidak beriman. Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.” ( QS Asy Syu’ara: 3-4 ).
Ibnu Abbas r.a berkata,” Ketika Abu Thalib sedang sakit, serombongan pemuka Quraisy datang ke rumahnya. Di antara mereka adalah Abu Jahal. Mereka berkata kepada Abu Thalib,” Sesungguhnya keponakanmu itu telah mencaci maki tuhan-tuhan kami, dia mengatakan serta melakukan begini dan begitu, karena itu suruhlah orang untuk memanggilnya, supaya kami bisa mencegahnya !”
Setelah Rasulullah saw dipanggil, beliau pun datang menemui pamannya. Ketika itu di sebelah Abu Thalib terdapat tempat yang kosong, tapi Abu Jahal segera menempati tempat itu dengan tujuan agar Nabi saw tidak duduk di dekat pamannya itu ( Abu Thalib ), karena apabila Nabi saw berada di dekat pamannya, Abu Thalib, pasti Abu Thalib akan merasa kasihan kepadanya. Abu Thalib berkata,” Wahai keponakanku, orang-orang dari kaummu telah mengadu kepadaku mengenai dirimu. Mereka mengatakan bahwa engkau telah mencaci maki tuhan-tuhan mereka dan telah mengatakan begini dan begitu.”
Ibnu Abbas r.a. lalu melanjutkan kisahnya: Mendengar hal ini semua orang yang hadir di situ mulai ribut berbicara. Rasulullah saw pun mulai berbicara,” Wahai pamanku, sesungguhnya aku menginginkan mereka supaya mengucapkan satu kalimat saja, yang apabila mereka mengucapkannya, niscaya seluruh Bangsa Arab akan tunduk kepadanya dan seluruh orang asing ( non Arab ) pun akan membayar jizyah ( upeti ) kepada mereka.”
Mendengar ucapan Nabi saw ini, semua orang yang hadir pun kaget. Lalu mereka berkata,” Baiklah, sumpah demi bapakmu, sepuluh kalimat kalau bisa.” Mereka pun lalu bertanya,” Apakah satu kalimat itu?” Abu Thalib pun ikut menimpali,” Apakah satu kalimat yang kamu inginkan itu wahai keponakanku?”
Rasulullah saw menjawab,” Laa ilaaha illallahu.”
Mendengar jawaban Nabi saw ini, mereka semua langsung bangkit berdiri sambil menepiskan ujung pakaian mereka dan berkata,” Apakah dia ( Muhammad saw ) akan menjadikan satu tuhan saja? Sungguh ini adalah suatu hal yang mengherankan.”
( Kata Ibnu Abbas r.huma ). Karena peristiwa ini, maka turunlah firman Allah swt salam Surah Shaad ayat 5-8:
“ Mengapa ia ( Muhammad saw ) menjadikan ilah-ilah ( tuhan-tuhan ) itu Ilah ( Tuhan ) Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka ( pemuka-pemuka Quraisy ) seraya berkata ( kepada kaumnya ),’ Pergilah kamu dan tetaplah ( menyembah ) ilah-ilahmu ( tuhan-tuhanmu ), sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami ( orang-orang Arab Quraisy ) tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ( Nasrani ) . Ini ( maksudnya meng-Esa-kan Allah ), tidak lain hanyalah ( dusta ) yang diada-adakan ( oleh Muhammad ). Mengapa Al Qur’an itu diturunkan kepadanya ( Muhammad saw ) di antara kita?’ Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Qur’an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.”
( Hadits Riwayat Thabrani, Imam Ahmad, Nasa’i, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkannya seperti ini pula dalam kitab mereka masing-masing. Dalam Tafsir Ibnu Katsir jilid IV halaman 28 diceritakan bahwa Imam Tirmidzi berkata,’ Derajat hadits ini adalah hasan. Kisah demikian ini juga telah diriwayatkan oleh Imam Bayhaqi dalam kitabnya jilid IX hal 188 dan oleh Al Hakim dalam kitabnya jilid II hal 432 dengan sanad shahih. Adz Dzahabi juga berpendapat bahwa hadits ini shahih. )
0 comments:
Post a Comment